Hanya Teman

Sendiri aku di Sabtu ini
Pandangi bintang dampingi bulan
Terdengar sayup angin bernyanyi

Ketika hening malam tlah datang
Aku menanti sebuah harapan
Perubahan didalam hidupku

Dengarlah oh dengarlah
Pinta hati kecilku
Agar aku raih bahagia ….

D’Venue - Beri Aku Kekasih

Fahri mendengarkan lagu itu yang sudah sedari tadi diputarnya.
“Hufftt ….” desah Fahri pada malam itu berdiri didekat jendela. Sejak magrib hingga sekarang, Fahri tak keluar kamar dan terus memandang langit. Ntah apa yang diharapkannya dari langit tersebut.Tak lama terdengar bunyi pintu dibuka. Ternyata yang datang Rizky, sahabat Fahri dari kecil yang rumahnya bersebelahan dengan rumah Fahri.
“Malam broo . Kok gak keluar rumah sih? Malam minggu looh ..” sapa Rizky mendekati Fahri. “Hmmp lagi malas aja Riz. Buat apa juga aku keluar? Toh gak ada yang nemenin ..” desah Fahri menanggapi pertanyaan sahabatnya.
“Yaa … sekedar cari angin aja. Keluar yuuk.. gak bosen apa, di kamar trus?” ajak Rizky berdiri disamping Fahri. Fahri mengikuti kemauan sahabatnya itu. Mereka berdua keluar dari rumah Fahri.
“Sekarang mau kemana?” tanya Fahri yang tampak masih enggan untuk keluar. Biasanya, Fahri selalu keluar pada malam minggu. Tapi berbeda dengan malam ini. Dia tampak malas untuk menjalani malam minggunya.
“Malas kali keliatannya kamu, Ri!! Semangat dikit napa? Jangan kayak orang kurang gizi gini dong!!” tegur Rizky mulai kesal dengan sikap sahabatnya yang gak karuan. Fahri melirik Rizky, lalu berjalan menuju jalan raya.
****
Di tengah keramaian kota, Fahri dan Rizky tampak sedang asyik memperhatikan antraksi malam minggu pada pekan ini. Fahri seakan lupa dengan pikirannya tadi di rumah. Rizky pun terlihat tak mengusik keasyikkan sahabatnya itu.
“Gimana Ri? Seru kan, kalo di luar. Ngapain coba ngurung diri di kamar?” seru Rizky setelah antraksi berakhir. “Iya cuy , thanks yah udah ngajak aku keluar malam ini!!” ujar Fahri merangakul Rizky.
“Yoi ma broo!! Mm’ kesana yuuk. Aku haus nih…” Fahri dan Rizky pun berjalan mendekati penjual minuman kaki lima di seberang jalan. Sesampainya di seberang, mata Fahri tertuju pada sosok seseorang gadis di sudut ruas jalan. Sementara itu Rizky mengeluarkan uangnya untuk membayar minuman yang dibelinya.
“Hooy .. kenapa?” tegur Rizky menepuk pundak Fahri. Namun Fahri tak berkutik, matanya tetap terarah pada gadis itu dan tangannya menunjuk ke arahnya. “Mau kesana? Ayooo …” ajak Rizky santai tanpa mengerti maksud pandangan dan tingkah Fahri.
****
Sesampainya ditempat yang dimaksud Fahri, Rizky memandang Fahri.
“Ayo ngomong!! Diam aja dari tadi …” ujar Rizky seraya mendorong Fahri kearah tiga sekawan itu.
“Heh, ada apa ni? Main deket-deket aja.” tegur gadis yang duduk di tengah.“Hay …” sapa Fahri mencoba bersikap biasa. “Boleh kenalan??” sambungnya seraya mengulurkan tangan ke depan gadis tadi.
“Owh hay. Namaku Zikra, kamu?” jawab gadis yang bernama Zikra dan menjabat uluran tangan Fahri. Nama yang indah, Fahri senyum-senyum sendiri. “Namaku Fahri. Salam kenal yah … tinggal dimana?” tanya Fahri mulai merasa hangat dengan suasana itu.
“Waw, santai aja cuy. Pake nanya alamat segala. Hahaha mau bertamu yah??” ledek Rizky tertawa melihat tingkah aneh Fahri.“Diam kenapa? Ganggu aja!!!” bentak Fahri menyikut bahu Rizky. Hal itu membuat Fahri salah tingkah dan membuat tawa Rizky semakin lebar.
“Itu teman kamu yah??” tanya Zikra mencoba membuka pembicaraan. “Eh iya. Teman dari kecil, namanya Rizky.” jawab Fahri mengenalkan Rizky pada Zikra. Rizky hanya tersenyum dan melambaikan tangan pada Zikra. “Salam kenal yah… eh, berkaitan dengan pertanyaan kamu tadi, rumah ku gak jauh dari sini kok.” sahut Zikra tersenyum.
“Hmmp itu teman kamu ya Zik? Nama mereka siapa?” tanya Rizky mencoba mencari suasana. “Yang cewek Nayra, dan yang cowok Aryo. Mereka berdua teman aku dari kecil, sama seperti kalian.” jelas Zikra memperkenalkan temannya. “Waahh… sama dong!! Aku sama Fahri juga temanan dari kecil. Hehe senasib..” canda Rizky. “Cari muka loo…” bisik Fahri ke telinga Rizky.
“Eh kami udah mau pulang nih. Kalian jadi mau tau yang mana rumah aku?” tanya Zikra pada Fahri dan Rizky yang dimaksud kan untuk Fahri. “Mau dong. Ayooo…” jawab Fahri bersemangat.
****
“Nah ini rumah aku, disebelahnya rumah Nayra, dan disebelahnya lagi rumah Aryo.” tunjuk Zikra begitu sampai didepan rumahnya. “Owh disini toh. Cuman beda gang kita mah.. Rumahku dan Fahri di gang sebelah.” Rizky ikut-ikutan menjelaskan tempat tinggalnya. “Mm kapan-kapan kami boleh main kemari kan??” tanya Fahri dengan wajah berharap. “Oo…jelas boleh dong!! Main aja, kami akan tunggu kalian.” jawab Aryo menanggapi pertanyaan Fahri. “Okelaah, kami pulang dulu yah. Udah malam nii … bye bye…” ujar Rizky menarik Fahri pergi dan melambai meninggalkan tempat itu.
****
“Iiihh… kamu kenapa sih Ri? Aneh banget aku liatin dari tadi?? Pake nanyain dimana Zikra tinggal segala lagi. Lebay tau gak?!!” tanya Rizky begitu sampai di kamar Fahri. “Hmmp aku kagum sama sosok Zikra.” jawab Fahri singkat dengan senyuman tersungging di bibirnya. “Weettss… jangan bilang kalau kamu naksir dia??” tegur Rizky keras sehingga agak membuat Fahri kaget.
“Kayaknya gitu Riz. Aku gak tau kenapa bisa gini? Aku sendiri aja bingung sama perasaan ku.. huft” desah Fahri dengan wajah agak memelas. “Udahlah kamu gak usah berharap dan berpikiran macam-macam dulu. Kita kan baru kenal sama dia. Gak mungkin dong, baru kenal trus kamu langsung nembak dia? Bisa gila tu si Zikra…” ujar Rizky mengomentari pengakuan Fahri barusan.
Fahri tau apa yang dibilang Rizky tadi memang benar. Baru 2 jam yang lewat dia kenalan dengan Zikra. Masa udah langsung nyatain perasaan? Bisa-bisa nanti Zikra gak mau temanan lagi sama dia. Ah, mending aku sama Zikra temanan aja. Pertemanan kan lebih berarti. Masalah cinta belakangan aja lah.. Fahri berkata pada dirinya sendiri. Aku akan coba jadi teman yang terbaik buat Zikra. Dengan begitu kan, secara tidak langsung Zikra tau perasaan aku ke dia gimana? Fahri hanya senyum-senyum sendiri mendengar kata hatinya.
****
Minggu pagi Fahri dan Rizky selalu lari pagi bersama. Sebelumnya Fahri hendak ke rumah Zikra, Nayra, dan Aryo untuk mengajak mereka lari pagi bersama. Rizky pun menyetujui ide dan kemauan Fahri. Mereka berjalan menuju Gang Cempaka tempat Zikra tinggal. Belum sampai Fahri dan Rizky keluar dari mulut Gang Melati, tiga orang datang menghampiri mereka berdua.
“Eh Riz, siapa tuh?” tanya Fahri menunjuk tiga orang sebaya didepan mereka.
“Yaelah kamu Ri. Masa gak tau si? Ah payah, mereka itu Zikra, Nayra, dan Aryo ..” jawab Rizky agak kesal mendengar pertanyaan konyol Fahri yang di anggapnya gak penting. “Owh sohib kita yang kemaren?? Hahay gak jelas sii…” ujar Fahri malu dengan keteledorannya.
“Ehem, sohib? Sohib kata mu? Di jamin nih, cuman sohib?” goda Rizky. Fahri melirik Rizky, “Lalu apa lagi haa’? Emang cuman sohib kok..” jawab Fahri agak kesal digodain seperi itu oleh Rizky.
“Uuuyy … kalian mau lari pagi juga yah?” sapa Aryo melambaikan tangan. “Owh hay. Hahaha iya dong. Bareng yuuk …” ajak Rizky balas melambai pada mereka. Mereka berlima akhirnya jalan pagi bersama.
****
“Waah… rame juga pagi ini yah?” desis Fahri geleng-geleng kepala. “Namanya juga kota Ri. Jadi wajar donk…” sahut Aryo menanggapi.
Fahri melirik Zikra yang berdiri disamping Nayra. Ternyata kalo pagi-pagi gini kamu kelihatan lebih cantik yah? Fahri bergumam sendiri. “Oyy.. pagi-pagi gini ngelamun, kesambet baru tau rasa.” tegur Aryo menepuk pundak Fahri. “Eh siapa juga yang ngelamun? Orang aku lagi liatin itu tuh …” tunjuk Fahri ke jalanan yang ramai. Aryo hanya tersenyum kecil melihat tingkah Fahri.
“Sekarang mau kemana nih? Masa dari tadi berdiri disini terus…” dengus Nayra agak kesal karena capek berdiri terus. “Kamu maunya kemana?” tanya Rizky. “Yaa kemana kek? Yang penting jangan disini. Kayak orang susah aja berdiri di tepi jalan, huft” jawab Nayra. “Owh ayoo ……” ajak Rizky. “Kemana?”
****
“Tempat apaan nih Riz? Kok aku belum pernah kesini?” tanya Fahri bingung. “Ini tempat kita berkumpul kalau ketemuan atau ada sesuatu apalah gitu. Pokoknya tempat kita bersenang-senang ria, okke ……” jelas Rizky mengedipkan sebelah matanya dan mengancungkan jempolnya. “Owh sipsipsip…” jawab Aryo setuju dengan ide Rizky.
“Waahh… kayaknya kami bakal betah nih temanan sama kalian.” ujar Zikra yang dari tadi hanya diam. “Weettss …. Pastinya donk!! Hahahahahaha……” tawa Rizky dan Fahri membahana di sekitar mereka. Zikra, Nayra, dan Aryo pun jadi ikut tertawa. Tak lama ruangan berkumpul mereka penuh dengan riuhnya suara tawa.
Fahri sadar bahwa pertemanan memang lebih berarti dari apapun juga. Memang lebih baik berteman dari pada pacaran. Ini juga masih usia sekolah. Buat apa sibuk mikirin pacar? Lebih benyak teman lebih seru. Kalo banyak pacar ntar dibilang playboy. Kan bisa gawat ………… hahahahahahahaha

**-------The End-------**

Karya : Annisa Mardhatillah ( Kelas 8 RSBI 2 )

Comments