Tata Surya

Bagian luar Tata Surya masih memiliki banyak planet-planet minor yang belum ditemukan. Sejak pencarian Planet X dimulai pada awal abad ke 20, kemungkinan akan adanya planet hipotetis yang mengorbit Matahari di balik Sabuk Kuiper telah membakar teori-teori Kiamat dan spekulasi bahwa Planet X sebenarnya merupakan saudara Matahari kita yang telah lama “hilang”. Tetapi, mengapa kita harus cemas duluan akan Planet X/Teori Kiamat ini? Planet X kan tidak lain hanya merupakan obyek hipotetis yang tidak diketahui?
Teori-teori ini didorong pula dengan adanya ramalan suku Maya akan kiamat dunia pada tahun 2012 (Mayan Prophecy) dan cerita mistis Bangsa Sumeria tentang Planet Nibiru, dan akhirnya kini memanas sebagai “ramalan kiamat” 21 Desember 2012. Namun, bukti-bukti astronomis yang digunakan untuk teori-teori ini benar-benar melenceng.
Pada 18 Juni kemarin, peneliti-peneliti Jepang mengumumkan berita bahwa pencarian teoretis mereka untuk sebuah massa besar di luar Tata Surya kita telah membuahkan hasil. Dari perhitungan mereka, mungkin saja terdapat sebuah planet yang sedikit lebih besar daripada sebuah objek Plutoid atau planet kerdil, tetapi tentu lebih kecil dari Bumi, yang mengorbit Matahari dengan jarak lebih dari 100 SA. Tetapi, sebelum kita terhanyut pada penemuan ini, planet ini bukan Nibiru, dan bukan pula bukti akan berakhirnya dunia ini pada 2012. Penemuan ini adalah penemuan baru dan merupakan perkembangan yang sangat menarik dalam pencarian planet-planet minor di balik Sabuk Kuiper.
Dalam simulasi teoretis, dua orang peneliti Jepang telah menyimpulkan bahwa bagian paling luar dari Tata Surya kita mungkin mengandung planet yang belum ditemukan. Patryk Lykawa dan Tadashi Mukai dari Universitas Kobe telah mempublikasikan paper mereka dalam Astrophysical Journal. Paper mereka menjelaskan tentang planet minor yang mereka yakini berinteraksi dengan Sabuk Kuiper yang misterius itu.
Kuiper Belt Objects (KBOs)
Sedna, salah satu objek di Sabuk Kuipert. Kredit : NASA
Sabuk Kuiper menempati wilayah yang sangat luas di Tata Surya kita, kira-kira 30-50 SA dari Matahari, dan mengandung sejumlah besar objek-objek batuan dan metalik. Objek terbesar yang diketahui adalah planet kerdil (Plutoid) Eris. Telah lama diketahui, Sabuk Kuiper memiliki karakteristik yang aneh, yang mungkin menandakan keberadaan sebuah benda (planet) besar yang mengorbit Matahari dibalik Sabuk Kuiper. Salah satu karakterikstik tersebut adalah yang disebut dengan “Kuiper Cliff” atau Jurang Kuiper yang terdapat pada jarak 50 SA. Ini merupakan akhir dari Sabuk Kuiper yang tiba-tiba, dan sangat sedikit objek Sabuk Kuiper yang telah dapat diamati di balik titik ini. Jurang ini tidak dapat dihubungkan terhadap resonansi orbital dengan planet-planet masif seperti Neptunus, dan tampaknya tidak terjadi kesalahan (error) pengamatan. Banyak ahli astronomi percaya bahwa akhir yang tiba-tiba dalam populasi Sabuk Kuiper tersebut dapat disebabkan oleh planet yang belum ditemukan, yang mungkin sebesar Bumi. Objek inilah yang diyakini Lykawka dan Mukai, dan telah mereka perhitungkan keberadaannya. Para peneliti Jepang ini memprediksikan sebuah objek besar, yang massanya 30-70 % massa Bumi, mengorbit Matahari pada jarak 100-200 SA. Objek ini mungkin juga dapat membantu menjelaskan mengapa sebagian objek Sabuk Kuiper dan objek Trans-Neptunian (TNO) memiliki beberapa karakteristik orbital yang aneh, contohnya Sedna.
Objek-objek trans Neptunian. Kredit : NASA
Sejak ditemukannya Pluto pada tahun 1930, para astronom telah mencari objek lain yang lebih masif, yang dapat menjelaskan gangguan orbital yang diamati pada orbit Neptunus dan Uranus. Pencarian ini dikenal sebagai “Pencarian Planet X”, yang diartikan secara harfiah sebagai “pencarian planet yang belum teridentifikasi”. Pada tahun 1980an gangguan orbital ini dianggap sebagai kesalahan (error) pengamatan. Oleh karena itu, pencarian ilmiah akan Planet X dewasa ini adalah pencarian untuk objek Sabuk Kuiper yang besar, atau pencarian planet minor. Meskipun Planet X mungkin tidak akan sebesar massa Bumi, para peneliti masih akan tetap tertarik untuk mencari objek-objek Kuiper lain, yang mungkin seukuran Plutoid, mungkin juga sedikit lebih besar, tetapi tidak terlalu besar. “The interesting thing for me is the suggestion of the kinds of very interesting objects that may yet await discovery in the outer solar system. We are still scratching the edges of that region of the solar system, and I expect many surprises await us with the future deeper surveys.” - Mark Sykes, Direktur Planetary Science Institute (PSI) di Arizona.
Planet X Tidaklah Menakutkan
Jadi, dari mana Nibiru ini berasal? Pada tahun 1976, sebuah buku kontroversial berjudul The Twelfth Planet atau Planet Kedua belas ditulis oleh Zecharian Sitchin. Sitchin telah menerjemahkan tulisan-tulisan kuno Sumeria yang berbentuk baji (bentuk tulisan yang diketahui paling kuno). Tulisan berumur 6.000 tahun ini mengungkapkan bahwa ras alien yang dikenal sebagai Anunnaki dari planet yang disebut Nibiru, mendarat di Bumi. Ringkas cerita, Anunnaki memodifikasi gen primata di Bumi untuk menciptakan homo sapiens sebagai budak mereka.
Ketika Anunnaki meninggalkan Bumi, mereka membiarkan kita memerintah Bumi ini hingga saatnya mereka kembali nanti. Semua ini mungkin tampak sedikit fantastis, dan mungkin juga sedikit terlalu detail jika mengingat semua ini merupakan terjemahan harfiah dari suatu tulisan kuno berusia 6.000 tahun. Pekerjaan Sitchin ini telah diabaikan oleh komunitas ilmiah sebagaimana metode interpretasinya dianggap imajinatif. Meskipun demikian, banyak juga yang mendengar Sitchin, dan meyakini bahwa Nibiru (dengan orbitnya yang sangat eksentrik dalam mengelilingi Matahari) akan kembali, mungkin pada tahun 2012 untuk menyebabkan semua kehancuran dan terror-teror di Bumi ini. Dari “penemuan” astronomis yang meragukan inilah hipotesis Kiamat 2012 Planet X didasarkan. Lalu, bagaimanakah Planet X dianggap sebagai perwujudan dari Nibiru?
Kemudian terdapat juga “penemuan katai coklat di luar Tata Surya kita” dari IRAS pada tahun 1984 dan “pengumuman NASA akan planet bermassa 4-8 massa Bumi yang sedang menuju Bumi” pada tahun 1933. Para pendukung hipotesis kiamat ini bergantung pada penemuan astronomis tersebut, sebagai bukti bahwa Nibiru sebenarnya adalah Planet X yang telah lama dicari para astronom selama abad ini. Tidak hanya itu, dengan memanipulasi fakta-fakta tentang penelitian-penelitian ilmiah, mereka “membuktikan” bahwa Nibiru sedang menuju kita (Bumi), dan pada tahun 2012, benda masif ini akan memasuki bagian dalam Tata Surya kita, menyebabkan gangguan gravitasi.
Dalam pendefinisian yang paling murni, Planet X adalah planet yang belum diketahui, yang mungkin secara teoretis mengorbit Matahari jauh di balik Sabuk Kuiper. Jika penemuan beberapa hari lalu memang akhirnya mengarah pada pengamatan sebuah planet atau Plutoid, maka hal ini akan menjadi penemuan luar biasa yang membantu kita memahami evolusi dan karakteristik misterius bagian luar Tata Surya kita.
Sumber : Universe Today

Tidak Ada Kiamat di Tahun 2012

http://langitselatan.com/2009/02/24/tidak-ada-kiamat-di-tahun-2012/

Hmm … sepertinya banyak juga ya penggemar kiamat 2012. Ada apa sebenarnya, sehingga manusia sangat tertarik dan percaya dengan mudah pada isu-isu seperti ini? Katanya, dunia akan berakhir pada tanggal 21 Desember 2012! Runutan angka yang menarik yang membuat Anda langsung terperangah dan menggumam, “Ah benar juga … pasti bener nih beritanya”. Lantas, tanpa telaah lanjut, Anda pun berkata kiamat tinggal 3 tahun lagi. Atau kalau Anda tak percaya teori kiamat, Anda langsung berkomentar, “Cuma Tuhan yang tahu kapan kiamat”, “Ah kamu musyrik …”, atau “Itu info disebarkan oleh orang tak beragama”. Sekali lagi, semua informasi hanya ditelan tanpa ditelaah.



Piramida peninggalan suku Maya. kredit : whoyoucallingaskeptic.wordpress.com
Nah, karena dunia akan kiamat sebentar lagi, berhentilah merencanakan hidup, karier Anda, tak usah lagi berpikir untuk punya rumah, segeralah menikah sebelum kiamat, dan pastikan Anda bisa bersenang-senang menikmati hidup sebelum kiamat. Atau, segeralah bertobat. Jangan sampai saat kiamat Anda malah belum bertobat. Tiga tahun lagi lho!.
Kata sebagian orang, mungkin ini pembahasan yang aneh. Hampir setiap saat kita mendengar tentang berbagai teori kiamat … dan kenyataannya kita masih ada di sini. Belum ada satu teori pun yang kebenarannya terbukti. Tapi, kenapa 2012 begitu penting?
Katanya, kalender Maya akan berhenti tahun 2012, dan kemudian jadi semacam agama dan kepercayaan baru, mengalahkan kepercayaan yang ada di masyarakat. Mengabaikan semua alasan saintifik dan pada akhirnya membawa masyarakat pada kekhawatiran baru. Lupakan Nostradamus, Y2k, dan semua prediksi kiamat lainnya, karena sekali lagi menurut ramalan 2012, planet X akan kembali dan menghancurkan Bumi.
Ok … kita berhenti dulu di sini dan mari kita telaah setiap alasan yang muncul tentang kiamat 2012 ini. Dan bagi Anda para penggemar nubuat Kalender Maya, saya punya berita buruk untuk Anda semua. Tidak akan ada kiamat di tahun 2012 … dan ini alasannya, silakan disimak.
Kalender Maya
Kalender Maya
Apa itu kalender Maya? Ini merupakan kalender yang disusun oleh sebuah peradaban yang dikenal dengan nama Maya pada kisaran 250-900 M. Bukti kehadiran peradaban Suku Maya ini bisa dilihat dari sisa kerajaannya di hampir semua bagian selatan Meksiko, Guatemala, Belize, El Savador, dan sebagian Honduras.
Dari bukti-bukti sejarah, masyarakat suku Maya memang memiliki kemampuan menulis yang baik dan juga kemampuan untuk membangun kota dan perencanaan kota. Dalam hal membangun, Suku Maya terkenal dengan bangunan piramida dan berbagai bangunan besar lainnya. Tak hanya itu, dalam kebudayaan, peradaban suku Maya memberi pengaruh yang sangat besar pada kebudayaan Amerika Tengah. Pengaruh itu bukan hanya dalam hal peradaban namun juga dalam hal populasi pribumi di area tersebut. Sampai saat ini, sejumlah Suku Maya masih tetap ada dan meneruskan tradisi mereka yang telah berumur ribuan tahun itu.
Suku Maya dalam kehidupannya menggunakan beberapa kalender berbeda. Bagi mereka, waktu merupakan penghubung dengan lingkaran spiritual. Kalender memang digunakan untuk hal-hal praktis seperti untuk kehidupan sosial, pertanian, perdagangan dan berbagai keperluan administratif. Namun dipercaya ada elemen religi yang besar di dalamnya yang memberi pengaruh. Bagi suku Maya, setiap hari memiliki ruh pelindung yang berbeda sehingga setiap hari memiliki fungsi yang berbeda pula. Sangat berbeda dengan kehidupan modern dengan kalender Gregorian yang hanya menetapkan kalender sebagai waktu yang terkait dengan hal-hal administratif, kehidupan sosial dan keperluan ekonomi.
Kebanyakan kalender Maya memiliki rentang waktu pendek.
  • Kalender Tzolk’in berakhir dalam 260 hari
  • Kalender Haab’ memberi perkiraan 1 tahun Matahari yakni 365 hari.
Suku Maya kemudian menggabungkan kedua kalender ini membentuk “Calendar Round”, siklus yang akan berakhir setelah 52 Haab (sekitar 52 tahun atau kisaran panjangnya satu generasi). Di dalam “Calendar round” terdapat Trecena ( siklus 13 hari) dan Veintena (siklus 20 hari). Tampaknya, sistem siklus ini berlaku dengan mempertimbangkan jumlah hari dalam 52 tahun adalah 18980 hari.
Untuk bangsa Maya, sains dan agama adalah satu. Mereka membangun sistem matematika dan astronomi yang cukup impresif, terkait dengan kepercayaan mereka. Pencapaian dalam hal matematika bisa dilihat pada notasi posisi dan penggunaan angka nol. Dalam astronomi, mereka secara akurat menghitung tahun Matahari, melakukan kompilasi tabel posisi bulan dan Venus, serta memprediksi Gerhana Matahari. Suku Maya juga memiliki penanggalan untuk “siklus Venus” yang cukup akurat. Kalender Venus ini dibuat berdasarkan lokasi Venus di langit malam. Hal yang sama tampaknya juga dilakukan pada planet-planet lainnya.
Sistem “Calendar Round” ini memang sangat baik untuk mengingat hari kelahiran atau periode keagamaan. Namun, untuk merekam sejarah, kalender ini tak bisa dijadikan patokan karena tak dapat merekam kejadian yang lebih tua dari 52 tahun.
Akhir Perhitungan Panjang = Akhir Dunia?
Alam semesta menurut suku Maya. Kredit : edwardtbabinski.us
Karena tak bisa merekam kejadian sejarah yang lebih tua dari 52 tahun, Suku Maya punya solusi lain. Dengan metode yang cukup inovatif, mereka bisa memperluas jangkauan “Calendar Round” yang tadinya cuma 52 tahun itu.
Sampai di titik ini, kalender Maya akan tampak sangat kuno, bahkan bisa dikatakan dibuat hanya berdasarkan kepercayaan religi, siklus bulan, kalkulasi matematika dengan siklus atau unit 13 dan 20 sebagai dasar perhitungan disertai campuran kepercayaan mitologi. Satu-satunya prinsip kalender yang memiliki korelasi dengan kalender modern hanyalah Haab yang mengenali panjang tahun Matahari yakni 365 hari. Sebagai jawaban atas penanggalan yang lebih panjang, Suku Maya membuat sistem penanggalan “Long Count” atau “Perhitungan Panjang”, kalender yang akan berakhir setelah 5126 tahun.
Sistem penanggalan Maya untuk “Long Count” ini memang menarik, dan secara numerik dapat diprediksi dan bisa dengan akurat menunjuk pada penanggalan dalam sejarah. Penanggalan ini bergantung pada basik perhitungan dengan unit 20. Kalender modern saat ini menggunakan dasar perhitungan dengan unit 10.
Nah bagaimana perhitungannya?
Tahun dalam “Long Count” kalender Maya, dimulai dari 0.0.0.0.0. Tiap angka 0 merepresentasikan angka 0-19, dan setiap angka merepresentasikan perhitungan hari-hari suku Maya.
Untuk hari pertama, kalendernya akan seperti ini : 0.0.0.0.1 dan pada hari ke-19 akan menjadi 0.0.0.0.19. Jika mencapai angka 20, kalendernya akan jadi : 0.0.0.1.0. Perhitungan ini akan menunjukkan 0.0.1.0.0 untuk satu tahun dan 0.1.0.0.0 untuk kisaran 20 tahun dan 1.0.0.0.0 utuk kisaran 400 tahun. Maka, penanggalan 2.10.12.7.1 akan melambangkan penanggalan untuk hari ke-1 di bulan ke-7 dan tahun 1012.
Lantas, apa hubungannya dengan akhir dunia?
Suku Maya sangat terobsesi dengan waktu. Pemahaman dan prediksi berbagai siklus waktu akan memberi mereka kemampuan untuk mengadaptasinya dalam kehidupan di dunia. Menurut kosmologi bangsa Maya, dunia ini telah diciptakan 5 kali dan dihancurkan 4 kali. Dalam skala yang sementara, berbagai hari di dalam satu tahun dianggap cocok untuk aktivitas tertentu, sedangkan sebagian lainnya merupakan ketidakberuntungan.
Nah, menurut kepercayaan suku Maya, sesuatu yang buruk akan terjadi jika kalender “Long Count” berakhir. Berbagai pembagian dilakukan para ahli, namun karena suku Maya mendasarkan perhitungan numerik pada siklus 13 dan 20, maka bisa jadi hari terakhir kalender mereka adalah 13.0.0.0.0. Kapankah itu? Angka 13.0.0.0.0 merepresentasikan 5126 tahun dan “Long Count” ini berawal pada 0.0.0.0.0 yakni 11 Agustus 3114 SM menurut penanggalan Gregorian.
Nah, dengan demikian, kalender Maya akan berakhir 5126 tahun kemudian, yakni 21 Desember 2012. Inilah yang jadi dasar pemikiran tentang kiamat di tahun 2012.
Akhir Dunia
Ilustrasi tabrakan yang terjadi. Kredit : NASA
Sepertinya, saat sesuatu itu berakhir, termasuk ketika perhitungan kalender kuno berakhir, masyarakat cenderung berpikir pada kemungkinan ekstrem bahwa peradaban juga akan ikut berakhir. Entah dengan cara apa dunia akan berakhir. Berbagai argumentasi bermunculan, antara lain Bumi akan ditabrak oleh sebuah planet, asteroid, atau entah bencana apalagi. Intinya, jika kalender ini berakhir maka Bumi akan tersapu dan hancur.
Ahli arkeologi dan juga orang-orang yang keahliannya pada hal mitologi percaya bahwa akan ada era pencerahan yang muncul jika 13.0.0.0.0 tiba. Dan ini juga tidak berarti akan kiamat atau apa pun. Tidak ada bukti yang menunjukkan dunia akan berakhir. Bahkan, jika memang ada, maka suku Maya bisa dikatakan berhasil memprediksikan sebuah keajaiban religius.
Mitos terus berkembang, bahkan film Indiana Jones and the Kingdom of Crystal Skull sepertinya dibuat berdasarkan mitos suku Maya. Dikatakan, 13 tengkorak kristal akan dapat menyelamatkan kemanusiaan dari kiamat. Mitos di film ini mengatakan jika ke-13 tengkorak kuno ini tidak diletakkan bersama pada waktu tertentu, Bumi akan bergeser dari sumbunya. Menarik memang untuk sebuah film, bisa meraih penontonnya yang mudah percaya pada mitos ….
Tak hanya itu. Mitos yang berkembang mengatakan bahwa Bumi akan dihancurkan oleh tabrakan Planet X, tabrakan meteorit, dihisap lubang hitam, dibunuh oleh flare Matahari, Bumi hancur oleh ledakan sinar gamma dari sistem bintang, datangnya zaman es yang lebih cepat dan pergeseran kutub magnet. Bahkan setiap prediksi disertai bukti-buktinya sendiri. Dan pada akhirnya begitu banyak pengikut kiamat 2012 ini. Sayangnya tak satu pun argumentasi yang diberikan itu bisa dibuktikan kebenarannya.
Fakta yang ada menyatakan Nubuat Kiamat Suku Maya murni berdasarkan kalender yang memang tidak didesain untuk menghitung penanggalan setelah 2012. Hal ini disebabkan karena suku Maya mendasarkan perhitungan pada siklus 13 dan 20.
Arkeo-astronom Maya bahkan masih memperdebatkan masalah kalender “Long Count” ini. Pertanyaannya, apakah kalender ini akan kembali ke 0.0.0.0.0 setelah 13.0.0.0.0 atau akan terus berlanjut sampai 20.0.0.0.0 (sekitar 8000M) dan kemudian kembali ke 0.0.0.0.0?
Mengutip kata-kata Karl Kruszelnicki dalam “Great Moments in Science“:
“ … ketika Kalender mengakhiri siklusnya, ia akan berputar kembali ke siklus berikutnya. Dalam masyarakat modern, setiap tanggal 31 Desember tidak diakhiri dengan akhir dunia, namun dilanjutkan oleh siklus berikut yakni 1 Januari. Karena itu, 13.0.0.0.0 dalam kalender Maya akan diikuti oleh 0.0.0.0.1 atau 22 desember 2012, yang hanya menyisakan beberapa hari untuk berbelanja keperluan Natal.”
Siklus kalender Maya boleh berakhir, namun siklus baru akan kembali berulang … dan membawa hari baru bagi penghuni Bumi.

Dawn, Perjalanan Menuju Masa Lalu


















Tanggal 777, sebuah misi untuk menembus masa lalu rencananya akan diluncurkan. Namun sayangnya tanggal 7 Juli yang seharusnya merupakan titik awal perjalanan Dawn akhirnya harus ditunda. Dalam press release NASA, Dawn dijadwalkan kembali untuk diluncurkan pada bulan September 2007. Misi Dawn akan menjelajah ke masa lebih dari 4,5 miliar tahun yang lalu Masa di saat Tata Surya pertama kali terbentuk. Dalam perjalanan ini Dawn tidak akan kembali ke masa lalu melainkan pergi menjumpai asteroid, obyek yang berada di antara Mars dan Jupiter. Target utama misi Dawn adalah asteroid Vesta dan planet katai Ceres yang menempati Sabuk Asteroid bersama ribuan benda kecil lainnya atau yang kita kenal sebagai asteroid. Di daerah ini akan dijumpai ribuan asteroid yang terjebak diantara peperangan tarik menarik antara Matahari dan Jupiter. Dan di area ini angka tabrakan antar asteroid cukup tinggi. Namun demikian Ceres dan Vesta merupakan dua diantara asteroid yang masih tetap utuh sejak terbentuk sampai saat ini. Tahun 2006, bersama dengan resolusi IAU mengenai definisi planet, Ceres tidak lagi dikategorikan sebagai asteroid, melainkan masuk dalam kelas planet katai bersama Pluto dan Eris.
Mengapa Asteroid Vesta dan Ceres ?
Asteroid terbentuk bersamaan dengan terbentuknya planet batuan seperti Merkurius, Venus, Bumi dan Mars. Namun dalam proses pertumbuhan planet-planet di Tata Surya, ada planet yang tidak sempat bertumbuh karena pengaruh gravitasi Jupiter. Cikal bakal planet inilah yang kemudian kita kenal sebagai asteroid. Karena itu, diperkirakan sampai saat ini asteroid masih menyimpan materi-materi disaat awal pembentukannya. Hal inilah yang akan diungkap Dawn agar kita bisa mengetahui bagaimana kondisi awal Tata Surya beserta proses awal pembentukannya.
Di dalam proses pembentukan Tata Surya, semakin jauh dari Matahari maka obyek yang terbentuk akan semakin dingin. Hal inilah yang menyebabkan planet terrestrial terbentuk di dekat Matahari dan obyek es terbentuk di daerah yang jauh atau daerah luar Tata Surya. Lebih jauh lagi, bukti-bukti menunjukan, setiap obyek memiliki karakteristik yang berbeda seharusnya memiliki jalur evolusi yang berbeda. Karena itu diharapkan dengan meneliti dua obyek yang sangat berbeda karakteristiknya, dapat mengungkap sebagian misteri pembentukan planet, termasuk proses yang mendominasinya.
Dawn, dalam misinya yang hampir satu windu ini akan menyelidiki Vesta dan Ceres dua asteroid yang sangat berbeda karakternya dan diyakini terbentuk lewat proses akresi di awal sejarah pembentukan Tata Surya. Diperkirakan proses hidrologi di Ceres masih aktif, dan memicu terjadinya musim dingin yang menutupi daerah kutub Ceres dengan es. Ceres juga diduga memiliki atmosfer tipis, yang membedakannya dari asteroid lainnya. Lain Ceres, lain pula Vesta. Vesta diduga memiliki batuan yang magnetnya lebih kuat dibanding di Mars. Hal ini memicu keingintahuan bagaimana dan kapan kondisi dinamik tersebut muncul. Permukaan Vesta lebih kering ditandai oleh pola permukannya yang beragam dari aliran lava padat sampai dengan kawah yang dalam dekat kutub selatannya.
Dari karakteristik keduanya, Vesta menunjukkan karakterstik yang mirip dengan planet dalam (inner planet), sementara Ceres menunjukkan kemiripannya dengan satelit es dari planet-planet luar (outer planet). Mempelajari kedua obyek ini diharapkan bisa memberi pengetahuan mengenai transisi planet batuan ke area luar Tata Surya yang dingin.
Secara umum, ada tiga hal yang menjadi tujuan Dawn yakni pertama, menangkap momen awal asal usul Tata Surya sehingga kita bisa memahami kondisi pembentukannya. Yang kedua, Dawn akan membantu menentukan cirri-ciri batuan yang membentuk planet terrestrial untuk membantu kita memahami pembentukan planet-planet batuan, Dan yang terakhir adalah mempelajari pembentukan dan evolusi dua obyek yang memiliki jejak evolusi berbeda, sehingga bisa dipahami apa yang mengontrol terjadinya evolusi. Dawn akan menyelesaikan misinya dalam jangka waktu 8 tahun, dimulai dari peluncurannya hari ini pada tangal 7 Juli 2007 sampai dengan Juli 2015. Dawn akan tiba di Vesta bulan Oktober 2011, dan tiba di Ceres bulan Februari 2015.
Sama seperti misi lainnya, Dawn merupakan penjejak sebelum melangkah lebih jauh lagi dalam menyingkap setiap misteri dalam alam semesta.

Mungkinkah Kehidupan Bumi berasal dari Ceres

Mencari kehidupan lain di luar Bumi memang jadi impian banyak orang. Bisa jadi kehidupan itu ada di salah satu sudut alam semesta namun bisa juga kehidupan itu muncul di Tata Surya. Di dalam Tata Surya, pencarian memang difokuskan di Mars, atau satelit es seperti Europa. Namun di luar sana, ada sebuah tempat yang bisa jadi merupakan lokasi dimana kehidupan itu ada. Ceres: Pilihan Yang Berbeda
Citra Ceres. Krdit : NASA, ESA, J. Parker (Southwest Research Institute), P. Thomas (Cornell University), dan L. McFadden (University of Maryland, College Park).
Dalam pertemuan International Society for the Study of the Origin of Life di Florence, Italia, Joop Houtkooper dari University of Giessen mengajukan sebuah teori kalau kehidupan muncul di salah satu objek di sabuk asteroid, yakni Ceres. Saat ditemukan pada tahun 1801, Ceres memang diperkirakan sebagai planet, namun kemudian diketahui kalau ia merupakan asteroid. Dan dengan definisi baru dari planet, Ceres justru dikategorikan sebagai planet katai bersama Pluto, Eris dan Sedna. Pertanyaannya apakah mungkin ada kehidupan disana? Mungkinkah ada organisme extraterrestrial disana?
Ide ini muncul ketika Joop mendengar presentasi tentang satelit di Tata Surya yang memiliki potongan besar es, yang sebagian besar di antaranya berada dalam kondisi cair. Bahkan total volume air tersebut 40% lebih besar dari seluruh lautan di Bumi. Ini mengingatkan Joop pada teori terbentuknya kehidupan. Organisme pertama kali bertumbuh dan berkembang di lubang hidrotermal, yang berada di dasar lautan dan memuntahkan senyawa kimia panas. Kebanyakan objek es di Tata Surya memiliki inti batuan, sehingga kemungkinan mereka memiliki lubang hidrotermal. Dengan demikian jika kehidupan itu memang ada dimana-mana dan tidak unik di Bumi saja maka bisa jadi di objek es inilah mereka memulai kehidupan itu.
Bukti-bukti
Lapisan yang ada di Ceres diperkirakan bisa mendukung kehidupan. kredit : NASA, ESA, and A. Feild (STScI)
Di awal sejarah Tata Surya, ada sebuah periode yang kita kenal sebagai ‘periode akhir tabrakan besar’. Ini adalah saat dimana tabrakan asteroid merupakan kejadian umum. Nah jika memang ada kehidupan sebelum zaman itu, maka tentunya tumbukan asteroid akan menghancurkan semuanya. Dan kehidupan harus kembali memulai prosesnya dari awal, setelah debu kosmik dibersihkan dari bagian dalam Tata Surya. Yang menarik, bukti yang ada menunjukan kalau Ceres tidak mengalami serangan asteroid bertubi-tubi selama era tabrakan besar tersebut. Seandainya tabrakan itu terjadi, Ceres akan kehilangan selubung air untuk selamanya karena pada saat itu gaya gravitasinya terlalu lemah untuk menangkap kembali selubung air tersebut. Inilah yang sepertinya terjadi pada asteroid Vesta, yang memiliki kawah tabrakan sangat besar di tubuhnya dan tidak ada air lagi disana.
Bukti tak tersentuhnya Ceres selama periode tabrakan besar memberi kemungkinan keberadaan lautan dimana kehidupan bisa saja muncul di awal sejarah Tata Surya. Fakta ini membawa kita pada sebuah hipotesa menarik. Jika kehidupan di Bumi dihabiskan oleh tabrakan kolosal sedangkan Ceres yang “memiliki kehidupan” selamat, bisa jadi Cereslah yang menanamkan kehidupan di Bumi melalui pecahan batuan yang lepas dan menabrak Bumi. Apakah pada akhirnya kehidupan di Bumi termasuk manusia berasal dari Ceres?
Jika melihat pada planet lain yang memiliki lautan, kita bisa membandingkannya dengan Venus. Di awal sejarah Tata Surya, diperkirakan Venus memiliki lautan, namun massa planet yang besar juga berarti dibutuhkan gaya yang besar untuk bisa melepaskan sekeping kerak planetnya dan mengarahkannya ke Bumi. Objek lebih kecil seperti Ceres memiliki kecepatan lepas yang rendah sehingga jauh lebih mudah bagi kepingannya memisahkan diri. Dari kandidat yang diperhitungkan (planet, asteroid, satelit), Ceres merupakan salah satu kandidat terbaik untuk melepaskan kepingannya menuju Bumi tanpa diinterupsi objek lainnya.
Kehidupan di Ceres
Perbandingan Bumi - Bulan - Ceres. Kredit : astrobilogy.net
Kalau di Ceres memang ada kehidupan, bisa jadi saat ini ada organisme di sana. Kemungkinan terbesar, kehidupan di Ceres berada di lautan. Untuk kehidupan di permukaan, jauh lebih sulit untuk ditemukan namun ada kemungkinan kalau di permukaan Ceres kehidupan bisa tumbuh juga. Diperkirakan kehidupan yang ada di Ceres basisnya adalah hidrogen peroxide sehingga bisa bertahan pada temperatur rendah. Namun memang belum dipastikan apakan hidrogen peroxide ada di Ceres.
Pemikiran bahwa kehidupan di Bumi ini ditanamkan dari Ceres dan masih ada bentuk kehidupannya di sana memang menarik. Namun sebelum semua itu dibuktikan, pemikiran ini hanyalah sebuah fiksi-sains bukan sebuah fakta. Memang tak gampang untuk membuktikan semua ini. Ceres merupakan sebuah dunia yang jauh dan sangat kecil. Citra terbaik yang dihasilkan saat ini masih belum bisa memberikan banyak detil, hanya beberapa kondisi permukaan. Sisanya masih misteri. Analisis spektrum menunjukkan keberadaan mineral tanah liat /lempung, dan Ceres sendiri merupakan dunia yang pipih. Ceres sampai saat ini masih jadi planet katai yang menyimpan banyak misteri.
Tapi sepertinya misteri itu tak akan terus tersimpan, karena misi DAWN milik NASA akan menjejak Ceres di tahun 2015. Saat ia tiba, ia akan menyingkap setiap misteri yang ada di Ceres. DAWN diperkirakan akan mengambil citra geysers dan erupsi air di permukaan. Pemandangan jarak dekat inilah yang kelak akan menunjukan apakah memang benar ada indikasi untuk tumbuhnya kehidupan disana.
Sumber : astrobiologi.net

Rabu, 06 Mei 2009

Bagaimana membuktikan bahwa Bumi mengelilingi Matahari, dan bukan sebaliknya?

Pada awal perkembangan sains, orang-orang seperti Copernicus, Kepler, Galileo & Newton berpendapat bahwa alangkah lebih baik (untuk menjelaskan), lebih mudah (secara matematika) & lebih elegan (secara filosofis) bahwa Matahari berada di pusat, sementara Bumi & planet-planet berputar mengelilingi Matahari. Semua punya penjelasan yang memuaskan, secara teori untuk mengatakan hal itu. Sampai sekarang, pelajaran SMU fisika pun memberikan penjelasan yang jelas & memuaskan, bahwa memang demikian ada-nya. Massa matahari yang jauh lebih besar daripada planet-planet membuat planet-planet harus tunduk pada ikatan gravitasi Matahari, sehingga planet-planet tersebut bergerak mengitari Matahari sebagai pusat. Demikian dari hukum Gravitasi Newton.
Perumusan matematika-nya secara gamblang dan jelas dijelaskan oleh perumusan Kepler, hanya karena Matahari yang menjadi pusat sistem.
Kalau memang begitu ada-nya dan tidak percaya, bagaimana membuktikannya? Gampang, terbang saja jauh-jauh dari sistem tata surya ke arah kutub, dan lihatlah bagaimana Bumi beserta planet-planet bergerak mengitari Matahari. Tentu saja ini adalah pernyataan yang bersikap humor. Tapi ini memang menjadi pertanyaan penting, bagaimana membuktikannya?
Bapak-bapak yang telah disebutkan tadi, tentu saja mempunyai pendapat yang berlaku sebagai hipotesa, dan harus bisa dibuktikan melalui pembuktian yang teramati/eksperimentasi. Apabila eksperimen berkesesuaian dengan hipotesa, maka hipotesa diterima dan itu menjadi teori. Bukankah demikian?
Baik, sekarang bagaimana membuktikannya? Satu-satu-nya cara membuktikan fenomena langit adalah melalui ilmu astronomi, yaitu ketika pengamatan dilakukan pada benda-benda langit lalu memberikan penjelasan ilmiah tentang apa yang sebenar-nya terjadi disana.
Tentu tidaklah mudah memberikan bukti yang langsung bisa menjelaskan secara cespleng bahwa Bumi berputar mengitari Matahari, bukankah lebih mudah mengatakan kebalikannya? Tapi seperti yang telah disampaikan, itu akan menjadi tidak baik, tidak mudah dan tidak elegan untuk menyatakan demikian. Ternyata dari pengamatan astronomi menunjukkan bahwa memang Bumi yang mengitari Matahari. Tidak percaya?
Bukti pertama, adalah yang ditemukan oleh James Bradley (1725). Pak Bradley menemukan adanya aberasi bintang.
Apa itu aberasi bintang? Bayangkan kita sedang berdiri ditengah-tengah hujan, dan air hujan jatuh tepat vertikal/tegak lurus kepala kita. Kalau kita menggunakan payung, maka muka & belakang kepala kita tidak akan terciprat air bukan? Kemudian kita mulai berjalan ke depan, perlahan-lahan & semakin cepat berjalan, maka seolah-olah air hujan yang tadi jatuh tadi, malah membelok dan menciprati muka kita. Untuk menghindari-nya maka kita cenderung mencondongkan payung ke muka. Sebetulnya air hujan itu tetap jatuh tegak lurus, tetapi karena kita bergerak relatif ke depan, maka efek yang terjadi adalah seolah-olah membelok dan menciprat ke muka kita.
Demikian juga dengan fenomena aberasi bintang, sebetulnya posisi bintang selalu tetap pada suatu titik di langit, tetapi dari pengamatan astronomi, ditemukan bahwa posisi bintang mengalami pergeseran dari titik awalnya, pergeseran-nya tidak terlalu besar, tetapi cukup untuk menunjukkan bawha memang sebenar-nya lah bumi yang bergerak.
Mari kita tinjau Gb.1.

















Aberasi terjadi jika pengamat adalah orang yang berdiri ditengah hujan, dan arah cahaya bintang adalah arah jatuhnya air hujan. Kemudian pengamat bergerak tegak ke muka, tegak lurus arah jatuhnya hujan. S menyatakan posisi bintang, E posisi pengamat di Bumi. Arah sebenarnya bintang relatif terhadap pengamat adalah ES, jaraknya tergantung pada laju cahaya. Kemudian Bumi BERGERAK pada arah EE’ dengan arah garis merepresentasikan lajunya. Ternyata pengamatan menunjukkan bahwa bintang berada pada garis ES’ alih-alih ES, dengan SS’ paralel & sama dengan EE’. Maka posisi tampak binang bergeser dari posisi sebenarnya dengan sudut yang dibentuk antara SES’.Jika memang Bumi tidak bergerak, maka untuk setiap waktu, sudut SES’ adalah 0, tetapi ternyata sudut SES’ tidak nol. Ini adalah bukti yang pertama yang menyatakan bahwa memang Bumi bergerak.
Bukti kedua adalah paralaks bintang. Bukti ini diukur pertama kali oleh Bessel (1838). Paralaks bisa terjadi jika posisi suatu bintang yang jauh, seolah-olah tampak ‘bergerak’ terhadap suatu bintang yang lebih dekat. (Gb.2). Fenomena ini hanya bisa terjadi, karena adanya perubahan posisi dari Bintang akibat pergerakan Bumi terhadap Matahari. Perubahan posisi ini membentuk sudut p, jika kita ambil posisi ujung-ujung saat Bumi mengitari Matahari. Sudut paralaks dinyatakan dengan (p), merupakan setengah pergeseran paralaktik bilamana bintang diamati dari dua posisi paling ekstrim.



















Bagaimana kita bisa menjelaskan fenomena ini? Ini hanya bisa dijelaskan jika Bumi mengitari Matahari, dan bukan kebalikannya.Bukti ketiga adalah adanya efek Doppler.
Sebagaimana yang telah diperkenalkan oleh Newton, bahwa ternyata cahaya bisa dipecah menjadi komponen mejikuhibiniu, maka pengetahuan tentang cahaya bintang menjadi sumber informasi yang sahih tentang bagaimana sidik jari bintang (baca tulisan saya tentang ‘fingerprint of the star’) . Ternyata pengamatan-pengamatan astronomi menunjukkan bahwa banyak perilaku bintang menunjukkan banyak obyek-obyek langit mempunyai sidik jari yang tidak berada pada tempat-nya. Bagaimana mungkin? Penjelasannya diberikan oleh Bpk. Doppler (1842), bahwa jika suatu sumber informasi ‘bergerak’ (informasi ini bisa suara, atau sumber optis), maka terjadi ‘perubahan’ informasi. Kenapa bergeraknya harus tanda petik? Ini bisa terjadi karena pergerakannya dalah pergerakan relatif, apakah karena pengamatnya yang bergerak? Atau sumber-nya yang bergerak?
Demikian pada sumber cahaya, jika sumber cahaya mendekat maka gelombang cahaya yang teramati menjadi lebih biru, kebalikannya akan menjadi lebih merah. Ketika Bumi bergerak mendekati bintang, maka bintang menjadi lebih biru, dan ketika menjauhi menjadi lebih merah.
Disuatu ketika, pengamatan bintang menunjukkan adanya pergeseran merah, tetapi di saat yang lain, bintang tersebut mengalami pergeseran Biru. Jadi bagaimana menjelaskannya? Ini menjadi bukti yang tidak bisa dibantah, bahwa ternyata Bumi bergerak (bolak-balik - karena mengitari Matahari), mempunyai kecepatan, relatif terhadap bintang dan tidak diam saja.
Dengan demikian ada tiga bukti yang mendukung bahwa memang Bumi bergerak mengitari matahari, dari aberasi (perubahan kecil pada posisi bintang karena laju Bumi), paralaks (perubahan posisi bintang karena perubahan posisi Bumi) dan efek Doppler (perubahan warna bintang karena laju Bumi).
Tentu saja bukti-bukti ini adalah bukti-bukti ILMIAH, dimana semua pemaknaan, pemahaman dan perumusannya mempergunakan semua kaidah-kaidah ilmiah, masuk akal dan ber-bobot kebenaran ilmiah. Apakah memang demikian adanya? Seperti yang ungkapkan, sampai detik ini belum ada teknologi yang bisa membuat kita bisa terbang jauh-jauh ke luar angkasa, sedemikian jauhnya sehingga bisa melihat memang begitulah yang sebenarnya. Tetapi, pembuktian metode ilmiah selama ini cukup sahih untuk menjawab banyak ketidak-pahaman manusia tentang posisi-nya di alam. Dan bukti-bukti yang telah disebutkan tersebut cukup untuk menjadi landasan untuk menjawab bahwa memang Bumi mengitari Matahari; dari pengetahuan Bumi mengitari Matahari, banyak hal-hal yang telah diungkap tentang alam semesta ini, sekaligus menjadi landasan untuk mencari jawab atas banyak hal yang belum bisa dijawab pada saat ini.

Asteroid Yang Melintasi Afrika Timur Bukanlah Ancaman

http://langitselatan.com/2008/10/07/asteroid-yang-melintasi-afrika-timur-bukanlah-ancaman/










Asteroid yang melintasi Afrika Timur. Kredit : CfA/ NASA



Sebuah asteroid kecil yang baru saja ditemukan beberapa jam lalu di Observatorium Arizona, akan memasuki atmosfer Bumi pada pukul 2.46 UT dini hari atau pukul 7.46 bbwi pagi tadi. Tidak akan ada bahaya apapun karena asteroid tersebut tidak akan menyentuh tanah alias tidak akan jatuh menabrak bumi. Asteroid yang lewat tersebut memiliki diameter 1-5 meter dan akan terbakar di lapisan atmosfer Bumi, jauh di atas ketinggian pesawat terbang. Hasilnya, akan terlihat sebuah bola api yang sangat indah. Menurut Dr. Timothy Spahr, objek tersebut bukanlah ancaman.
Saat meteorit (asteroid kecil) memasuki atmosfer, ia akan menekan udara yang ada di depannya. Penekanan tersebut akan menyebabkan terjadinya pemanasan pada udara yang kemudian juga memanaskan objek itu sendiri, sehingga objek akan bersinar dan mengalami penguapan. Saat si ojek itu mulai bersinar, saat itulah ia disebut meteor.
Meteor seperti ini biasanya berupa objek berukuran butiran pasir, namun dalam perjalanannya melintasi Bumi ia akan menarik perhatian banyak orang.
Nah si meteor yang pagi tadi melintas itu, diperkirakan tampak di area Afrika Timur sebagi sebuah bola api yang sangat terang bergerak cepat melintasi angkasa dari timur laut menuju barat daya. Berdasarkan perhitungan objek tersebut bergerak di atas Sudan bagian utara.
Sumber : CfA

NEA yang (Konon Katanya) Mengancam Kehidupan di Bumi

http://langitselatan.com/2008/10/06/nea-yang-konon-katanya-mengancam-kehidupan-di-bumi/

Masih ingat karya Hollywood yang menggugah minat kita dulu? Deep Impact dan Armageddon, dua film sci-fi ini membuka mata kita kalau sesuatu di luar Bumi mengancam kehidupan umat manusia (lupakan perang saudara, invasi militer, wabah penyakit, bencana alam sekelas tsunami yang melanda Aceh!). Asteroid sebesar 1 km digambarkan bisa menyebabkan kerusakan sedemikian parahnya. Bayangkan apa yang akan terjadi kalau planet kecil menubruk bumi? Siapkah kita menghadapinya?













Mengenal NEA

Saat asteroid saling bertabrakan, sebagian terlempar dari Sabuk Asteroid (terletak di antara orbit Mars dan Jupiter) dan masuk ke wilayah Tata Surya bagian dalam Sisanya diganggu gravitasi Jupiter. Objek-objek ini melintasi orbit Mars dan Bumi, kadang-kadang malah menubruk planet tersebut.
Asteroid-asteroid yang mengembara sampai sejauh 1,3 AU (195 juta km) dari Matahari, menembus orbit Mars, disebut Near Earth Asteroid (NEA). Sampai saat ini sudah diketahui lebih dari 250 NEA dan dikelompokkan dalam tiga kelompok. Pertama, asteroid-asteroid Amor. Orbitnya melintasi orbit Mars tapi tidak melintasi orbit Bumi. Contoh Asteroid kelas ini adalah 433 Eros, NEA terbesar kedua dan pernah dikunjungi kendaraan luar angkasa NEAR (Near Earth Asteroid Randevouz). Kelompok kedua adalah asteroid-asteroid Apollo, yang melintasi orbit Bumi dan periode orbitalnya (waktu yang dibutuhkan untuk mengelilingi Matahari sebanyak 1 kali) lebih dari satu tahun. Contoh kelompok ini adalah 1620 Geographos. Ketiga, asteroid-asteroid Aten. Seperti Apollo yang melintasi orbit Bumi, hanya saja periode orbitalnya lebih pendek. 2340 Hathor termasuk kelompok asteroid ini.
NEA juga bisa berasal dari sisa-sisa komet yang sudah mati. Orbit NEA dipengaruhi oleh gravitasi Matahari atau planet atau tumbukan dengan benda-benda lain. Kira-kira 40 % NEA merupakan pecahan-pecahan komet yang terperangkap dan sisanya berasal dari Sabuk Asteroid.
Diperkirakan ada 100 asteroid Aten, 700 asteroid Apollo, dan 1000 asteroid Amor yang berdiamter lebih dari 1 km. Karena melintasi atau lewat dekat sekali dengan orbit Bumi, serempetan atau tumbukan bisa saja terjadi. Sebenarnya kejadian ini bukan hal yang tidak biasa mengingat…

Tabrakan-tabrakan Itu …
Kawah Meteorit Barringer, Arizona, terbentuk saat meteorit dengan berat 300.000 ton menghantam Bumi 50.000 tahun lalu. Kreit : APOD/ Stefan Seip (Astro Meeting) Kawah Meteorit Barringer, Arizona, terbentuk saat meteorit dengan berat 300.000 ton menghantam Bumi 50.000 tahun lalu. Kreit : APOD/ Stefan Seip (Astro Meeting)
Pada tanggal 30 Juni 1908 ledakan besar terjadi di Tunguska, Siberia. Penyebabnya adalah asteroid berdiameter antara 40-100 km, lumayan ‘kecil’ untuk bisa dideteksi bahkan dengan teleskop ground-based modern yang ada di bumi sekarang ini. Benda luar angksa tersebut meledak pada ketinggian 5-8 km, energinya sekitar 20-50 juta ton TNT, lebih besar dari bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945. Tabrakan ini menghancurkan lebih dari 0,5 ha hutan di wilayah jatuhnya asteroid. Yang tidak kalah spektakuler adalah asteroid sebesar rumah yang jatuh 50000 tahun yang lalu di utara Arizona. Hasilnya adalah kawah sedalam 200 m dan berdiameter 1250 m. Masih ada lebih dari 150 kawah akibat tabarakan dengan asteroid yang ditemukan di permukaan Bumi dan lebih banyak lagi yang tersembunyi di dasar laut.
Punahnya dinosaurus diduga berkaitan dengan jatuhnya asteroid berdiameter sekitar 10 km yang jatuh ke Bumi 65 juta tahun yang lalu di daerah Yucatan Meksiko membentuk Kawah Chicxulub (Ekor Setan) berdiameter antara 200-300 km sedalam sekitar 3 km yang sebagian menjadi Teluk Meksiko. Diperkirakan kepunahan masal seperti itu juga pernah terjadi sekitar 250 tahun yang lalu juga akibat asteroid berdiameter antara 6-12 km (dijuluki Great Dying). Dampak yang ditimbulkan saat itu jauh lebih parah dibandingkan saat musnahnya dinosaurus.
Pada tanggal 23 Maret 1989 asteroid berenergi kinetik lebih dari 1000 bom hydrogen 1 megaton-an (50000 kali lebih kuat dari bom yang dijatuhkan di Hiroshima) melintas dekat sekali dengan Bumi (sekitar 64000 km jauhnya dari Bumi). Para ahli memperkirakan Bumi dan asteroid yang dinamai 1989FC ini (yang berbobot 50 juta ton dan bergerak dengan kecepatan 74000 km/jam) telah melalui titik yang sama hanya berjarak 6 jam.
Ancaman untuk Bumi?
Bagaimanapun kekhawatiran pasti muncul mengingat fakta-fakta di atas dan populasi NEA yang mencapai ribuan. Munculnya kekhawatiran juga tidak terlepas dari hasil perhitungan matematis. Bila ada asteroid jatuh di Samudra Atlantik, seluruh pantai timur Amerika Serikat akan tersapu gelombang laut sampai 200-an km ke arah daratannya. Di Eropa gelombang ini menjangkau Perancis dan Portugal. Owen Toon dan koleganya dari ARC-NASA mendapatkan kalau besarnya asteroid 1 km dan jatuh di laut dengan kedalaman 4 km, efek gelombang pasangnya terasa sampai Samudera Pasifik.
Bagaimana kalau diameter asteroid 200 m dengan kecepatan 50 km/s? Adushkin dan Nemchinov dari Rusia menghasilkan gambaran yang mencemaskan. Sibakan air laut dalam waktu 40 detik bisa setinggi 35 km.
Hal ini lah yang mendorong Ballistic Missile Defence Organization atau Strategic Defence Initiative Organization mengusulkan kerja sama dengan NASA untuk merancang satelit penghancur berpeluru kendali sejak awal tahun 1990-an. Proyek ini dinamakan Clementine-2 dengan sistem LEAP (Light ExoAtmospheric Projectiles).
Dengan makin canggihnya instrumen, sekarang ini banyak ditemukan asteroid yang termasuk ‘berbahaya”. Contohnya adalah Asteroid 1997XF yang diperkirakan akan mendekati Bumi pada tanggal 26 Oktober 2028. Selain itu juga dilacak asteroid yang pada tahun 2019 akan tabrakan dengan Bumi.
Memang ancaman dari langit terasa mengerikan. Namun ditilik dari fenomena astronomis, hal ini wajar saja. Lihat saja sejoli Bumi kita, Bulan yang permukaannya bopeng dibombardir asteroid dan benda-benda kosmik lainnya. Walaupun menimbulkan kekhawatiran, akan lebih mengerikan lagi kalau kehancuran Bumi disebabkan oleh penghuninya sendiri.

Pesan dari Penghuni Bumi

Wahana Pioneer 10 dan 11 membawa sebuah plakat (piagam) yang berisi pesan dari umat manusia dengan harapan suatu saat pesawat beserta plakat yang dibawanya ini akan ditemukan oleh mahluk cerdas dari peradaban lain di luar Bumi.

Plakat tersebut berisi gambar sketsa pria dan wanita yang berdiri di depan pesawat. Tangan kanan si pria terangkat sebagai tanda niat baik. Postur tubuh pria dan wanita yang digambarkan merupakan hasil dari analisa komputer mengenai postur rata-rata manusia di Bumi (lihat gambar).



















Kunci untuk menterjemahkan isi plakat ini adalah pemahaman mengenai pemisahan dari elemen yang paling umum di alam semesta: Hidrogen. Elemen ini diilustrasikan pada sudut kiri atas dari plakat dalam bentuk skema yang menunjukkan transisi sempurna dari atom hidrogen netral. Siapa saja yang berasal dari suatu peradaban yang terdidik secara ilmiah dan memiliki cukup pemahaman mengenai hidrogen akan dapat menterjemahkan pesan ini. Plakat ini dirancang oleh Dr. Carl Sagan, ahli astrofisika dari Cornell Univerity dan digambar oleh isterinya, Linda Salzman Sagan.


"Pionir" Penjelajahan Antar Planet

Sinyal dari Pioneer 10, wahana antariksa pertama yang melintasi planet Jupiter akhirnya kembali terlacak setelah sebelumnya menghilang selama delapan bulan. Sinyal yang dikirim oleh wahana yang kini berada lebih dari 7 milyar mil dari bumi (sekitar 12,6 milyar km), dalam pengembaraan keluar tatasurya itu diterima oleh stasiun pelacak di Madrid, Spanyol pada 28 April 2001.

Pioneer adalah nama yang diberikan untuk serangkaian wahana antariksa untuk eksplorasi tata surya yang diluncurkan oleh Amerika Serikat. Empat wahana Pioneer yang pertama, diluncurkan dalam tahun-tahun 1958 dan 1959 dengan tujuan Bulan dan kesemuanya menemui kegagalan. Pioneer 5 sampai 9 diluncurkan antara tahun 1960 dan 1968 merupakan wahana antarplanet dengan misi pengamatan kegiatan Matahari.

Pioneer 10 diluncurkan pada tanggal 2 Maret 1972, dengan Roket peluncur Atlas/Centaur/TE364-4. Peluncurannya menandai penggunaan untuk pertama kalinya kendaraan peluncur bertingkat tiga. Roket tingkat ketiga dibutuhkan untuk meluncurkan Pioneer 10 pada kecepatan 51,810 km/jam yang dibutuhkan untuk terbang ke Jupiter, cukup cepat untuk mencapai Bulan dalam waktu 11 jam dan melintasi orbit planet Mars dalam waktu hanya 12 minggu. Hal ini mencatatkan Pioneer sebagai benda buatan manusia tercepat yang meninggalkan Bumi.

Pioneer 10 mencapai Jupiter pada jarak 130.354 km dari permukaan awan planet raksasa tersebut pada 3 Desember 1973. Dalam perlintasannya dengan Jupiter, Pioneer 10 mengirimkan gambar jarak dekat (close-up) pertama dari planet tersebut. Selepas planet Jupiter, Pioneer 10 diarahkan keluar dari tata surya dengan misi untuk mempelajari partikel energi dari matahari (juga dikenal sebagai angin surya) dan sinar kosmis yang memasuki wilayah tata surya kita di galaksi Bimasakti.

Akan halnya Pioneer 11, wahana yang diluncurkan pada 5 April 1973 tersebut berhasil mengambil gambar dari bintik merah di permukaan Jupiter yang diperkirakan menandai lokasi sebuah badai besar yang permanen dalam atmosfer Jupiter pada tanggal 2 Desember 1974 dan juga berhasil mendeteksi massa dari salah satu bulan Jupiter, Callisto. Pioneer 11 melanjutkan perjalanannya menuju Saturnus yang berhasil dicapai pada 1 September 1979 dan terbang sejauh 21.000 km dari Saturnus serta mengambil gambar jarak dekat yang pertama dari planet Tersebut.

Selepas Saturnus, Pioner 11 melanjutkan pengembaraannya keluar dari tata surya hingga pada bulan September 1995 ketika sumber tenaganya mulai melemah, Pioner 11 tidak dapat lagi melakukan observasi ilmiah sehingga operasi rutin misinya dihentikan. Saat itu Pioneer 11 berada pada jarak 6,5 milyar km dari Bumi dimana sinyal radio yang merambat dengan kecepatan cahaya membutuhkan waktu lebih dari 6 jam sebelum mencapai bumi, sementara pergerakan bumi tidak dapat dicakup oleh antena yang ada pada Pioneer 11. Komunikasi dengan Pioneer 11 terhenti sama sekali pada bulan November 1995. Wahana tersebut tidak dapat diarahkan kembali ke Bumi karena kurangnya sumber daya. Tidak diketahui apakah hingga saat ini Pioneer 11 masih mengirimkan sinyalnya. Sejauh ini tidak ada rencana untuk melakukan upaya pelacakan.

Sebelum Mengembang, Materi Kosmik Diduga Berotasi

Republika Online 08 Jan 1999
http://www.aceh.org/iptek/kosmik.html

SAO PAOLO -- Pengungkapan misteri materi kosmos terus bergulir.
Sebuah teori baru yang cukup mengejutkan kalangan astronom
mengungkapkan bahwa materi kosmos -- sebagai embrio jagad raya --
mengalami perputaran. Tiap perputaran (rotasi) memakan waktu 13 miliar
tahun. Teori ini didasarkan relasi antara massa bintang dan galaksi serta
kecepatan rotasinya.
Para astronom meyakini bahwa jagad raya terus mengembang layaknya
balon yang ditiup sejak peristiwa ledakan besar (teori big bang) yang
menjadi cikal bakal terbentuknya universe. Namun, teori itu menjadi tidak
realistik jika diasumsikan bahwa jagad raya hanya terbentuk dari sebuah
singularitas -- sebuah keadaan kepadatan tak berhingga.
Dalam teori big bang, alam raya terbentuk dari sebuah ledakan besar
materi maha padat. Pecahan-pecahan dari ledakan inilah yang kemudian
membentuk galaksi bintang, dan lain-lain. Teori ini sampai sekarang
dianggap yang paling valid dan sukar dibantah.
Tapi, para kosmolog dalam pelbagai pengamatannya telah menemukan
keganjilan dalam konsep singularitas karena tidak mendukung penemuan
hukum-hukum gravitasi kuantum. Menjawab kebimbangan itu, kosmolog
Saulo Carneiro yang juga seorang ahli fisika dari Federal University, Brazil,
mengemukakan teorinya bahwa cikal bakal jagad raya itu sebetulnya
berotasi. Terjadinya ledakan besar dan pengembangan jagad raya karena
adanya rotasi materi cikal bakal kosmos tadi.
Kemungkinan terjadinya rotasi dan pengembangan pada jagad raya
sebelumnya memang sudah diprediksi oleh matematikus Kurt Godel,
1949, yang menggali lebih jauh persamaan relativitas umum Einstein. Persamaan Godel ini akhirnya menuju kesimpulan bahwa jagad raya
memang berkembang layaknya balon yang terus ditiup. Carneiro
kemudian mengembangkan persamaan Godel, yang akhirnya
menemukan teori bahwa konsep singularitas dalam big bang tidak
mungkin terjadi kecuali jika materi kosmos mengalami rotasi dalam
waktu yang tak terbatas.
Lantas, bagaimana penjelasannya, dari materi kosmos yang berputar
hingga menjadi kosmos yang mengembang? Rotasi itu, kata Carneiro,
mengalami perubahan mendadak karena adanya sebuah transisi fase
vakum yang melibatkan pelepasan energi yang berasal dari fluktuasi
kuantum. Inilah yang menjadikan jagad raya berkembang. Fase transisi
itu telah menjadi bagian standar dalam teori kosmologi konvensioanl.
Carneiro telah mengkalkulasi bahwa universe masa awal melakukan
rotasi sempurna dalam 13 miliar tahun, setara dengan estimasi kecepatan
pengembangan universe. Rotasi itu telah berhenti dan selanjutnya jagad
raya mulai mengembang sejak 11 miliar tahun lalu.
Jika pendapat ini benar, momentum angular kosmos akan bisa terungkap
secara nyata. Dan Carneiro menduga, momentum itu sudah terungkap
ketika tahun 1970, para astronom menemukan hukum alam secara
misterius yang menunjukkan adanya proporsi momentum angular planet,
bintang, dan galaksi yang sesuai dengan luas dan massa masing-masing
benda kosmos tersebut.
Pendapat Carneiro ini memang masih dianggap kontroversial. Tapi
astronom brilian dari Brazil ini dalam papernya, Calssical and Quantum
Gravity, menunjukkan bukti-bukti yang agak sulit dibantah. Menurutnya,
rotasi universe akan menjadikan obyek rotasi dalam fase mengembang,
seperti sebuah obyek yang terimbas gaya sentrifugal yang mengarah ke
luar dari orbit. Ia memperkirakan, obyek itu akan keluar dengan momentum
angular yang setara dengan kenaikan massanya. Dalam kaitan ini,
Einstein membuktikan dengan teori relativitas umumnya, bahwa massa
yang bergerak mendekati cahaya, beratnya akan bertambah.
Temuan Carneiro itu ternyata mendapat banyak tanggapan. Astronom
Paul Wesson dari Universitas Waterloo, Kanada menyatakan teori
Carneiro cukup menarik. ''Tapi dia tak bisa menunjukkan bagaimana momentum angular berasal dari fase dini alam raya yang berputar,'' kata
Wesson. ''Saya tak menyatakan pendapat Carneiro itu salah. Tapi bagi
saya, penjelasan Carneiro terlalu simplistis.''
Carneiro sendiri menyatakan tujuan pengungkapan teorinya bukan untuk
meniadakan kebenaran teori kosmologi konvensional. ''Hal yang terpenting
dari paper sayua,'' tandas Carneiro, ''Adalah sekadar menggugah perhatian
para ahli kosmologi bahwa ada skenario alternatif dalam menjelaskan
evolusi jagad raya.''

Mengembara ke Planet Merah

Tanggal 7 April 2001, wahana antariksa 2001 Mars Odyssey diluncurkan dari Cape Canaveral, Florida dengan tujuan planet Mars. Wahana tak berawak yang namanya diambil dari judul film klasik "2001 Space Odyssey" ini membawa seperangkat instrumen ilmiah untuk meneliti permukaan planet tersebut, khususnya karakteristik cuaca dan geologi disana, sekaligus juga bertugas mengumpulkan informasi mengenai potensi bahaya radiasi yang mungkin dapat membahayakan manusia di permukaan planet merah itu. Misi ini merupakan bagian dari serangkaian misi yang dilakukan NASA dalam rangka mempersiapkan pengiriman misi berawak ke Mars.

Selain Bulan, Mars termasuk obyek yang paling banyak diteliti oleh wahana buatan manusia. Dalam 40 tahun belakangan, telah tercatat sekitar 30 wahana tak berawak yang dikirim ke Mars oleh tiga negara, namun hanya kurang dari sepertiganya yang dinyatakan berhasil. Yang paling sukses diantaranya adalah wahana Viking 1 (diluncurkan 20 Agustus 1975, tiba di orbit Mars 19 Juni 1976) dan Viking 2 (diluncurkan 9 September 1975, tiba di orbit Mars pada 7 Agustus 1976). Kedua misi Viking ini melepaskan wahana pendarat ke permukaan planet tersebut yang bertugas mengirimkan gambar-gambar dari lokasi pendaratan dan melakukan serangkaian percobaan ilmiah disana. Pada tahun 1996 NASA juga telah mengirimkan wahana Pathfinder. Wahana yang terdiri dari modul pendarat (lander) seberat 264 kg dan kendaraan penjelajah seberat 10,5 kg yang dinamai Sojourner Rover berhasil mencapai permukaan Mars di daerah yang dikenal sebagai Ares Vallis pada 4 Juli 1997. Hingga misinya berakhir pada tanggal 17 september 1997 -- setelah komunikasi terputus karena alasan yang tidak diketahui, wahana tersebut telah mengirimkan lebih dari 16.000 gambar serta melakukan lebih dari 15 analisis kimia terhadap batuan dan kondisi angin serta cuaca di permukaan Mars.

Sedangkan tercatat diantara misi-misi yang gagal adalah wahana Mars Polar Lander. Wahana senilai USD 165 juta yang diluncurkan pada 3 Januari 1999 ini kehilangan kontak dengan pengendali di bumi pada 3 Desember 1999 saat melakukan pendaratan di planet tersebut. Tim penyelidik NASA menyimpulkan bahwa Roket pada wahana tersebut mati sebelum waktunya hingga wahana tersebut meluncur dari ketinggian 130 kaki tanpa ada gaya yang menahannya.

Terjebak di Lembah Gelap

Keberadaan air di bulan sebatas di dasar kawah dalam di dekat
kedua kutub. Persediaannya cukup untuk koloni 2.000 orang
selama 100 tahun.
TAK sia-sia Lunar Prospector mengembara jauh di atas kedua kutub
bulan. Setelah dua bulan mengorbit di ketinggian 100 kilometer di atas
permukaan, dengan arah utara-selatan, satelit ''peliharaan" Badan
Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) itu berhasil
menyajikan data yang bisa mengindikasikan bahwa di bulan tersedia
sejumlah air. Menurut siaran pers NASA awal pekan lalu, jumlah air itu
cukup besar, 11-330 juta ton.
Air bulan itu berada di dasar kawah-kawah bulan, yang diameternya bisa
mencapai ratusan kilometer dengan kedalaman hingga 12 kilometer, yang
terserak di sekitar kutub utara dan selatan bulan. Lembah berair itu,
menurut taksiran NASA, 10.000-15.000 kilometer persegi ada di kutub
utara dan 5.000-20.000 kilometer persegi di kutub selatan.
Penemuan itu cukup menyentak. Ketersediaan air ini seperti membuka
peluang bagi orang Amerika, yang bermimpi membangun koloni di luar
bumi. Membawa air dari bumi membuat mimpi itu mahal. Mengangkut
satu liter air bumi ke bulan memerlukan ongkos US$ 10.000. Berapa
biaya yang harus ditanggung bila orang Amerika, yang biasa
mengonsumsi 400 liter air sehari, untuk koloninya di bulan? Luar biasa
mahal.
Namun air di bulan itu tidak terkumpul di danau yang bisa ditimba orang.
Air di bulan ini berupa butiran-butiran es, yang terselip dan terjebak di
antara debu dan batuan bulan (regolith) pada kedalaman 50-200
sentimeter. Tak mudah mengambilnya, karena kadar air batuan itu hanya
0,3%-1%.
Bagaimanapun keadaannya, bukti-bukti yang diungkap Lunar Prospector
itu dianggap cukup terpercaya, setidaknya oleh Alan Binder dari Institut
Riset Bulan di California, Amerika Serikat. "Ini pertama kalinya saya
memperoleh bukti yang tak perlu dipertanyakan," katanya. Dr. Moedji
Raharto, Ketua Jurusan Astronomi, Institut Teknologi Bandung, bahkan
mengatakan bahwa keberadaan air di bulan itu membuka khazanah baru
dalam hal kondisi geologis bulan. "Ini membuka jalan bagi pandangan dan
penjelasan baru," katanya.
Selama ini, kata Moedji, para ahli menganggap bahwa air -lepas dari
mana pun asalnya- tak akan lama tertahan di bulan. Gravitasi yang kecil
membuat gas-gas yang menghuni atmosfer bulan lepas ke angkasa luar
dan tak kembali. Atmosfer bulan kosong. Vakum. Kalaupun ada air, kata
Moedji, akan menguap dan terbang ke luar angkasa. Apalagi di siang hari
(waktu bulan), suhu di permukaannya mencapai 1700C. Tapi kata Moedji
pula, ada celah tempat air itu tersembunyi, yakni di bagian permukaan
bulan yang tak pernah tersentuh sinar matahari.
Dalam penjelasan NASA, air itu memang berada di lembah-lembah
gelap yang tidak pernah disorot sinar surya. Lembah gelap itu ada di
dasar-dasar kawah yang dalam di sekitar kutub bulan. Air aman di sana,
karena suhunya -1700C. Begitu tiba, air langsung menjadi serpihan es,
dan tak pernah mencair atau menguap.
Isyarat adanya air di bulan itu mula-mula datang dari Clamentine, satelit
eksperimen yang dikelola Departemen Pertahanan Amerika Serikat.
Sekitar pertengahan 1996, satelit ini membidikkan radarnya ke
cerung-cerung kawah bulan. Ketika radar itu menimpa dasar kawah
yang gelap di dekat kutub bulan, muncul isyarat aneh. Pantulan radar
yang dideteksi di stasiun bumi terasa lebih keras dengan frekuensi yang
berbeda ketimbang pantulan dari batuan bulan yang keras. Hal ini
mengindikasikan adanya material ringan. Para ahli menduga, di situ ada
air. Tapi kemungkinan adanya metana pun tak diabaikan.
Ekspedisi berikutnya diemban Lunar Prospector, satelit seberat 295
kilogram berbentuk silinder pendek dengan tiga lengan antena, yang
diluncurkan 7 Januari lalu dan sampai di tujuan 60 jam kemudian. Satelit
ini membawa Spektrometer Netron. Instrumen ini telah teruji mampu
mendeteksi air dalam tanah, meski kadarnya 0,01%, dari jarak 100
kilometer. Spektrometer Netron melakukan pengindraan air lewat
pendeteksinya, atom hidrogen. Maka muncullah pernyataan NASA:
"Kemungkinan besar di bulan ada air."
Sejauh ini, belum ada kesepakatan tentang teori dari mana air itu
datang. Para ahli NASA, untuk sementara ini, menduga bahwa air itu
dibawa komet atau meteor yang menumbuk bulan. Tumbukan itu tentu
terjadi di banyak tempat. Tapi air yang jatuh di tempat terbuka hanya
sejenak di bulan. Sengatan sinar matahari, ditambah atmosfer yang
vakum, dengan cepat membuat air itu berubah menjadi gas, lalu terbang.
Hanya di tempat- tempat gelap itu keberadaan air lebih lestari. Para ahli
NASA memperkirakan, air itu telah ada di lembah-lembah gelap bulan
selama jutaan tahun.
Cadangan 330 juta ton air ini memungkinkan umat manusia membangun
koloni di bulan dengan populasi 2.000 orang, dan hidup selama 100 tahun
tanpa harus melakukan daur ulang. Tapi bukan semata-mata "mimpi
koloni" itu, penemuan Lunar Prospector menjadi penting. Temuan ini juga
diharapkan bisa menguak rahasia meteor yang menumbuk permukaan
bulan dan akibatnya, bahkan tentang misteri kawah-kawah yang
membuat wajah asli bulan bopeng bukan main.
(Putut Trihusodo)

Black Hole baru ditemukan 'dekat' dengan bumi

Laporan Yogi Kuswantini satunet.com - Empat semburan energi sinar X menyiagakan para
astronom bahwa sebuah Black Hole ditemukan berada sejarak 1.600
tahun cahaya dari bumi, jarak yang menurut hitungan astronomi
praktis sama dengan sudah di ambang pintu.
Laporan Sabtu mengatakan bahwa Lubang Hitam itu sebenarnya
pertama kali ditemukan secara kebetulan oleh seorang astronom
amatir asal Ausralia pada September tahun lalu yang mencatat
adanya sebuah 'bintang yang tiba-tiba menyala terang'.
Temuan tersebut jadi perhatian para astoronom profesional setelah
kemudian detektor sinar X yang diarahkan ke obyek bintang tersebut
menangkap empat kali semburan energi sinar X secara berturut-turut.
Astronom Massachusetts Institute of Technology (MIT) Donald Smith menyatakan keterkejutannya atas temuan tersebut. Karena, dari
semburan yang berlangsung masing-masing sekitar dua jam
tersebut setelah diteliti ternyata merupakan sebuah Black Hole
yang semburannya tercepat serta terkuat yang pernah ditemukan
selama ini.
Black Hole tersebut dideteksi berada di konstelasi Sagitarius dan
berpusat di sebuah bintang yang disebut V4641 Sgr. Sedemikian
semburannya sehingga sinar X yang dihasilkan diperkirakan berasal
dari obyek sub-kelas yang baru.
Black Hole adalah sebuah obyek yang sangat padat dengan bidang
gravitasi yang begitu kuat sehingga cahaya sekalipun tidak bisa lolos.
Saat Black Hole menarik materi ke pusat gravitasinya, gas dan debu
yang ikut tersedot bisa memanas hingga mencapai jutaan derajat.
Fenomena tersebut menciptakan sinar X yang dapat dideteksi oleh
teleskop sinar X. (ymo)

Extrasolar Planets

Tanggal 4 April 2001 lalu, sekelompok tim astronom internasional mengumumkan penemuan 11 buah planet baru yang berada diluar tata surya kita, atau yang biasa diistilahkan dengan Extrasolar Planet. Penemuan ini menambah jumlah Extrasolar Planet yang telah diketahui menjadi 63 buah. Salah satu diantaranya mengorbit bintang yang mirip dengan Matahari kita pada zona yang memungkinkan terbentuknya kehidupan disana.
Adanya planet pada sistem tata surya diluar matahari kita, pertama kali dibuktikan keberadaannya pada bulan Oktober 1995 ketika dua orang astronom yaitu Michel Mayor dan Didier Queloz berhasil menemukan sebuah planet yang mengorbit pada bintang 51 Pegasi di konstelasi Pegasus (50 tahun cahaya dari Bumi kita). Dalam jangka waktu beberapa tahun setelah penemuan pertama tersebut, puluhan Extrasolar Planet lainnya telah pula ditemukan.
Hingga saat ini, extrasolar planet yang berhasil dideteksi umumnya adalah planet raksasa sekelas Jupiter dan Saturnus di sistem Matahari kita. Planet dengan kondisi dan ukuran yang mirip dengan planet Bumi diyakini ada, namun keterbatasan teknologi peralatan yang ada saat ini menyulitkan pendeteksiannya.
Penemuan Extrasolar Planet ini membuka harapan akan ditemukannya planet yang dihuni mahluk hidup dengan peradaban yang lebih maju. Hingga saat ini dalam tata surya kita, hanya Bumi-lah satu-satunya planet yang mempu mendukung adanya kehidupan. Misi tak berawak yang telah dikirim ke planet-planet tetangga (Venus dan Mars) maupun misi wahana Pioneer dan Voyager ke planet-planet luar (Jupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus) menunjukkan bahwa kondisi di planet-planet tersebut tidak memungkinkan untuk berkembangnya suatu bentuk kehidupan, bahkan yang paling sederhana sekalipun.

Comments