Saat Menjadi Pengawas

Ujian akhir sekolah merupakan sebuah moment dimana siswa (yang rajin) harus ‘meras keringat banting daging’ belajar susah payah supaya lulus dan dapat melanjutkan menuju jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Biasanya sebelum Ujian Nasional berlangsung, selalu diadakan Pra Ujian Nasional (Pra UN) yang ditujukan untuk  melatih dan melihat sejauh mana kemampuan siswa dalam menjawab soal-soal.
Hasil dari Pra UN ini merupakan gambaran bagi siswa, apakah mereka sudah siap mengikuti Ujian Nasional atau belum. Oleh karena itu, hasil dari ujian ini pun kadang dinamakan dengan NEM (entah apa namanya skg) Bayangan. Untuk yang nilainya dibawah rata-rata, maka dia harus lebih giat lagi belajarnya. Sedangkan untuk yang nilainya memuaskan, jangan dulu merasa diatas angin. Ini hanya bayangan, ujian yang sebenarnya sedang menunggu kalian di depan mata. WASPADALAAH… WASPADALAAH (ko saya seperti menakut-nakuti ya?? Buat para murid, semoga kalian tidak pantang menyerah. Ujian Akhir tidak seseram yang kalian kira. Hadapi saja dengan senyuman. Dan tentu saja dengan hapalan).
Kegigihan dan sikap pantang menyerah para siswa sudah terlihat saat kegiatan Pra UN berlangsung. Ada yang gigih dijalan yang lurus. Ada pula yang berjuang rada-rada melenceng, dan yang lebih parah : ada yang berjuang dijalan yang salah. Yap. Salah kaprah. Contek sana, contek sini. Bukannya saya mu sok suci. Budaya contek-mencotek spertinya sudah mendarah daging di negara kita. Dah akut. Entah gimana nyembuhin penyakit yang satu ini. Saya pun (dengan bermaksud tidak sombong) pernah melakukannya. Ampuni saya ya Allah. semoga murid2 saya menjadi orang yang berguna dan bukan ahli nyontek.
Aneh juga y? sungguh perasaan aneh apa ini?  dulu saya adalah salah satu dari murid2 itu. duduk disalah satu meja sambil garuk2 kepala karena liat soal yang bgitu njelimet. tapi sekarang, saya adalah pengawas, sodara-sodara!. Heuheu. sulit dipercaya.
Dari sudut pandang saya yang notabene sebagai pengawas saat itu, saya melihat para siswa seperti sedang bergerilya. sungguh heroik sekali, tapi yang dimaksudkn gerilya disini Bukannya untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Tapi mereka bergelirya dari “Tatapan Mata” Saya. hehe. Entah mengapa, disaat ujian seperti itu, para siswa mendadak jadi kompak banget. Mungkin mereka merasa senasib sepenanggungan kali y? dan cara-cara mencotek mereka, lumayan kreatif juga. padahal dari pada pusing2 mikirin cara untuk mencontek/mengelabui pengawas, lebih baik otak mereka dipake buat ngapal pelajaran. kan lebih bermanfaat tuh. dan lebih jelas pula juntrungannya.
Walau baru ngawas beberapa jam saja, saya sudah tau dari gelagat dan air mukanya, siswa mana saja yang akan “bergerilya”. satu hal yang pasti, bila siswa itu akan melakukan tindakan yang “ngga-ngga”, hal pertama yang akan mereka lakukan adalah MELIHAT MUKA SAYA dengan tatapan penuh arti. mungkin mereka sedang melihat situasi dan kondisi dulu, apakah aman terkendali? biasanya saat itu saya pura2 nunduk az atau tertidur. melihat saya lengah, beeeuh, berbagai cara mereka lakukan : ada yang lempar2 jawaban, sms-an, baca-baca buku sambil nunduk, dan yang paling paraaaah : nimpuk temennya pake kaos kaki, supaya temennya ngelirik dia. hahaha. sadis.
sebagai pengawas yang baik dan jurdil (jujur+bawa2 bedil), biasanya tindakan yang saya lakukan saat itu cuma berdehem (kelas langsung hening dengan deheman saya itu, padahal ga berdahak loh. sumpah). tindakan2 tegas belum saya lakukan, saya juga merasakan lah dulu pas menjadi siswa. pasti saat2 seperti UN ini adalah moment dimana para siswa keringetan tiap hari saking tegangnya. yaaah, tapi pas contek-menconteknya itu loh, janganlah terlalu diumbar. hargai juga para pengawasnya. untuk gue baik hati dan tidak sombong. hehe. jadi toleransi terus mengalir. walaupun ada batasannya.
sepertinya, dari SD sampai SMA, harus diadakan mata pelajaran BUDI PEKERTI.
Dan Pelajaran Agama, jangan dijadikan pelengkap kurikulum saja. supaya para siswa kita lebih punya tata krama. kapanpun dan dimanapun. baik itu sedang ujian ataupun saat belajar di kelas.
Wassalam.

Comments